Monday 17 November 2025 - 21:37
Gaza Masih Diliputi Kegelapan Penindasan

Hawzah/ Hujjatul Islam wal Muslimin Sayyid Sajid Ali Naqvi menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa meskipun toleransi merupakan kebutuhan fitrah manusia, dunia masih jauh dari mewujudkannya. Ia menyebut Gaza sebagai simbol nyata dari ketidakadilan global yang terus berlangsung.

Berita Hawzah – Hujjatul Islam wal Muslimin Sayyid Sajid Ali Naqvi, Ketua Dewan Ulama Syiah Pakistan, dalam pesannya memperingati 16 November, Hari Toleransi Internasional, menegaskan pentingnya toleransi sebagai kebutuhan mendasar manusia dan seruan fitrah. Ia menyatakan bahwa meskipun telah lebih dari delapan dekade sejak berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa, dunia masih jauh dari mewujudkan toleransi dan sikap saling menghormati secara nyata, dan kondisi saat ini mencerminkan kegagalan nilai-nilai fundamental tersebut.

Dengan menyinggung penderitaan rakyat Palestina, beliau menegaskan: “Pada hari yang dinamai Hari Toleransi Internasional, warga Gaza masih hidup di bawah tekanan penindasan dan blokade, dan malam-malam pahit penuh kezaliman terus dipaksakan atas mereka. Seandainya semangat toleransi benar-benar berakar dalam masyarakat manusia dan dunia berdiri tegas menghadapi kezaliman Zionis, niscaya dunia hari ini setidaknya akan menikmati sedikit ketenangan dan stabilitas.”

Ulama terkemuka Pakistan ini juga mengkritik kinerja PBB, seraya menyatakan: “Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga kini belum berhasil mereformasi struktur internalnya dan mempertahankan posisinya sebagai lembaga internasional terbesar. Campur tangan dan dominasi kekuatan besar telah merusak kredibilitas lembaga ini, sehingga banyak wilayah dunia, termasuk Palestina, tetap menjadi arena ketidakadilan, kekerasan, dan hilangnya toleransi.”

Ia menambahkan: “Toleransi adalah poros keseimbangan sosial dan kunci ketenangan dalam kehidupan kolektif. Semua agama samawi menekankan pentingnya nilai ini, dan dalam Islam, berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, toleransi memiliki kedudukan yang sangat luhur dan mendasar. Sebuah masyarakat hanya akan mencapai keseimbangan ketika penghormatan timbal balik, penerimaan terhadap perbedaan pendapat, dan toleransi sosial telah tertanam kuat.”

Ketua Dewan Ulama Syiah Pakistan juga menyinggung filosofi pembentukan PBB: “Delapan dekade lalu, tujuan pendirian lembaga ini adalah menjaga hak asasi manusia, melawan agresi dan dominasi, serta meredakan ketegangan antarbangsa melalui penyebaran semangat toleransi. Namun sayangnya, kinerjanya tidak sejalan dengan tujuan awal. PBB seharusnya menjadi simbol keadilan dan kesetaraan, bukan alat bagi kekuatan tertentu.”

Beliau juga mengingatkan: “Dalam pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar, prinsip pertama adalah menjunjung toleransi dan kesabaran. Para pemimpin dan penguasa yang memiliki kekuasaan dan otoritas, berkewajiban menciptakan ruang sosial yang sehat dan konstruktif. Tanpa memperkuat semangat toleransi dan penghormatan timbal balik, mustahil mengurangi ketegangan sosial atau mencegah terciptanya atmosfer yang menekan. Hanya dengan berpegang pada prinsip-prinsip ini, masyarakat dapat menempuh jalan keseimbangan, kemajuan, dan ketahanan.”

Patut dicatat bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan mempertimbangkan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan perlunya mempromosikan budaya damai dan hidup berdampingan, telah menetapkan tanggal 16 November sebagai Hari Toleransi Internasional, guna menyebarkan pesan toleransi, penghormatan, dan persaudaraan ke seluruh penjuru dunia.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha